Show Up

Senin, 13 Desember 2010

POTRET BENCANA

Peristiwa bencana gempa dan tsunami merupakan salah satu potret bencana alam serta sosial yang selalu meneror Indonesia. Indonesia dikepung oleh tiga lempeng tektonik dunia dan dilalui jalur “Cincin Api Pasifik” (jalur rangkaian gunung api aktif di dunia). Ahmad Arif (Jurnalisme Bencana; Bencana Jurnalisme, 2010: 34) menyebutkan Cincin Api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Amerika Utara, dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Disisi lain, Indonesia memiliki 240 buah gunung api yang hampir 70 diantaranya masih aktif. Faktor itulah yang menyebabkan Indonesia menjadi kawasan gempa dan tsunami dahsyat.
Tanpa diketahui masyarakat, kelangsungan nasib korban bencana yang berada dipengungsian semakin lama semakin memprihatinkan. Lepas dari sorotan media, lepas pula bantuan yang mengalir dari para donatur yang mengambil keuntungan dibalik tangisan dan jeritan korban. Para wartawan yang seharusnya menjadi pengontrol penyaluran bencana itupun satu persatu ditarik oleh perusahaan media yang mengirimnya karena pemberitaan bencana tersebut dianggap “tidak seksi” lagi.
Wajah-wajah sayu dan suram itu masih mengharapkan kepedulian yang dijanjikan para pemimpin tentang nasib mereka. Namun janji hanya janji, belum lagi ada kepastian tentang nasib mereka esok hari, berbagai wabah dan virus pun mulai menyerang para pengungsi. Semua itu didorong oleh buruknya sanitasi, pemenuhan gizi yang masih sangat jauh dari kata layak, serta sangat terbatasnya penyediaan keperluan hidup sehari-hari. Situasi didalam pengungsian dimana tidur saling berhimpitan dengan kondisi tenda yang telah usang dan robek-robek juga semakin memperparah penderitaan mereka.
Banyak hak para korban yang diabaikan. Termasuk para jompo, ibu hamil, serta anak-anak yang idealnya hidup dalam ketenangan, juga ikut menanggung tekanan yang tidak semestinya mereka rasakan. Para pemimpin rumah tangga yang dulu gagah perkasa, kinipun tak berdaya tanpa pekerjaan yang menjadi harapan keberlangsungan hidup keluarga. Namun apalah daya? Mereka sudah kehilangan semua yang mereka punya, dari keluarga, harta benda, rumah satu-satunya, hingga pekerjaan yang menjadi penopang hidup mereka. Bahkan sekarang mereka juga harus menanggung trauma dan teror bencana yang bisa datang kapan saja. Hanya harapan yang masih tersisa dari ketidakpastian akan nasib mereka dalam ketidakpedulian para pemimpin bangsa.

Writer : Farhanah
Photo by: www.knowledger80.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar