Show Up

Senin, 13 Desember 2010

MEDIA MASSA & BENCANA

Beberapa waktu belakangan ini, peran media sebagai anjing penjaga (watch dog) semakin terdengar gonggongannya. Banyaknya bencana yang melanda dunia, khususnya di Indonesia, menyuguhkan peristiwa hangat dan sensasional tanpa perlu dicari oleh media. Tugas media dalam hal ini hanya mengemas peristiwa tersebut menjadi berita yang bernilai jual tinggi. Pekerjaan itu tidak sulit dan juga tidak mudah mengingat bencana merupakan peristiwa yang selalu ditakuti, namun mampu menyentuh emosi manusia. Ketakutan dan emosi humanis itu yang sebagian dimanfaatkan oleh media massa dalam pengemasan berita bencana alam dan sosial yang terjadi hingga menjadi sebuah drama pilu sesuai dengan konstruksinya.
Realitas bencana yang banyak terjadi menimbulkan peran baru yang marak dilakoni media massa, yaitu sebagai pengumpul dan penyalur bantuan. Peran baru itu disinyalir akan mampu mengabaikan fungsi to educate dari media massa dalam menggali penalaran objekif dan kritis dari pembaca atau audience karena berita yang disajikan hanya untuk kepentingan mengumpulkan dana. John H. Macmanus (Masduki, 2008: 240) mensinyalir media massa di negara berkembang yang baru menikmati kebebasan akan cenderung menganut logika komersial. Berita yang disajikan dalam hal ini diberlakukan sebagai menu yang dipasarkan. Ketika menu itu sudah dianggap membosankan, maka secepatnya akan diganti dengan menu baru.
Randolf S. David, professor sosiologi dari Universitas Filipina (Masduki, 2008: 216), menilai masalah utama jurnalis dan media pascabencana bukan pada penggalian data penyaluran bantuan atau recovery lapangan, tetapi dalam mengolah data itu menjadi berita. Berita yang disajikan masih menggunakan pendekatan mengkriminalkan korban. Tentunya dengan tidak meninggalkan aspek darah, mayat, jeritan kekerasan, serta kepanikan korban dalam berita itu. Hal itu nampak dari penggunaan frame kuasi kultural (sebab-akibat) dalam pengemasan peristiwa kriminal yang kemudian diterapkan pula untuk pemberitaan peristiwa bencana.

Writer: Farhanah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar