Show Up

Minggu, 24 Oktober 2010

DI BALIK KOS DUA MAHASISWI KORBAN KECELAKAAN MAUT DI KOTA BATU

Malang – Kecelakaan mobil di Kota Batu yang langsung memakan korban sembilan orang mahasiswa di Kota Malang beberapa tahun lalu sangat menggempar warga. Banyak berita simpang siur beredar baik di media maupun dari masyarakat. Bahkan setelah hampir dua tahun berlalu, berbagai sisi dari kejadian itu masih menjadi misteri dan pembicaraan kasak-kusuk dari mulut ke mulut masyarakat serta kalangan mahasiswa. Berikut cerita hasil perbincangan saya dengan salah seorang teman kos dari dua orang mahasiswi korban kecelakan maut dengan nama panggilan berinisial M dan R itu.

Langkah kaki saya terasa berat ketika memasuki rumah kos dua mahasiswi korban kecelakaan yang berada di belakang pertokoan kecil di Jalan Raya Tlogomas itu. Perasan takut dan penasaran mendera saya da salah seorang teman saya yang ikut menemani. Namun, siang itu rasa penasaran lebih kuat mendorong kaki saya untuk melangkah memasuki rumah kos yang terlihat sepi dan sedikit berantakan. Saya terhenti sebentar karena sedikit takut dan tidak tahu kepada siapa rasa penasaran kami ini akan kami tumpahkan karena kami tidak punya teman ataupun kenalan yang tinggal di rumah kos yang tidak ada ibu kosnya itu. Akhirnya, dengan mengumpulkan sadikit keberanian, saya dan teman saya akhirnya memasuki rumah kos lewat pintu sempit yang berada di samping pertokoan.
Hembusan angin yang ditiupkan pepohonan bambu di tepi sungai yang tepat berada di belakang rumah kos dan berhadapan langsung dengan kamar-kamar penghuni kos tersebut langsung menyambut saya. Rasanya semakin membangunkan ketakutan yang menyelinap dibenak saya. Saya bersama teman saya kemudian melangkah dengan ragu, pelan, dan tanpa tujuan pasti.
Melihat gelagat kami berdua yang seperti kebingungan, tiba-tiba ada seorang penghuni kos yang sepertinya sedang sibuk membersihkan kamarnya mendekati kami, “Mau cari siapa ya?”. Kami pun mengutarakan maksud kami datang ke rumah kos itu, air muka perempuan muda itupun langsung berubah tidak mengenakkan setelah saya utarakan maksud saya. “Aduh, kami semua disini nggak mau inget-inget masalah itu lagi”, ucap mahasiswi fakultas hukum semester VI yang tidak ingin disebutkan namanya itu. Kemudian lanjutnya, “Kemarin-kemarin juga ada polisi yang datang kesini dan mengintrogasi saya, jadi saya nggak mau lagi.” Setelah sedikit diberikan pengertian, akhirnya perempuan itu mau sedikit angkat bicara.
Sedikit perbincangan dengan salah seorang teman kos dua mahasiswi korban kecelakaan tersebut setidaknya menjawab rasa penasaran kita semua tentang si korban. Di balik pintu kamar pojok yang kini kosong di rumah kos itulah salah seorang korban yang juga caleg dari salah satu partai politik tinggal. Korban yang seorang lagi tinggal di kamar lantai bawah yang semua penghuninya sudah pindah setelah kejadian tersebut. Si korban yang juga caleg itu dikenal sebagai sosok yang biasa saja dan kurang bersosialisasi dengan teman-teman kos. Dia seorang yang dikenal jarang sekali berada di kamar karena selalu pulang malam-malam dan pergi lagi pagi-pagi keesokan harinya. Interaksi dengan teman kos yang lain hanya dilakukan sekadarnya saja, misalnya pada saat berpapasan. Kegiatan apa sebenarnya yang dilakukan korban tersebut diluar rumah tidak ada yang mengetahui. Sedangkan korban lain yang tinggal di kamar lantai bawah tidak dikenal jauh oleh sumber yang berhasil kami temui.
Ketika peristiwa kecelakaan terjadi, penghuni rumah kos para korban baru mengetahuinya saat matahari telah terbit di ufuk timur. Keadaan rumah kos sangat gaduh karena kehebohan para penghuninya ketika mendengar berita meninggalnya dua orang teman mereka akibat kecelakaan mobil. “Perasaan saya campur aduk Mbak pas dengar berita itu. Ya sedih, keget, takut,” ungkapnya. Setelah matahari sedikit naik, barulah mereka berbondong-bondong pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan teman kos mereka. Siangnya, mereka secara bersamaan pergi melayat ke rumah teman mereka yang menjadi korban kecelakaan itu di Pasuruan. “Ya walaupun nggak dekat, mereka berdua itukan tetap teman kos kami. Jadi kami tetap peduli sama mereka”, imbuh gadis berkulit putih itu lagi.
Sepulang dari melayat di Pasuruan, tidak ada seorangpun dari penghuni kos yang tidur di rumah kos itu selama satu minggu, namun selama seminggu itu pula setiap sehabis magrib mereka selalu mengadakan tahlilan di kamar yang ditinggali dua teman mereka yang menjadi korban kecelakaan. “Kami hanya sedikit takut aja Mbak tidur di kos setelah kejadian itu. Teman-teman di bawah aja udah pindah semua,” ungkapnya.
Perasaan takut ksaya dan teman saya melihat keadaan rumah kos yang sepi terbukti karena memang para penghuninya sudah banyak yang keluar pasca peristiwa itu terjadi. Dari 24 kamar yang tersedia, hanya 10 kamar yang masih tetap dihuni dan itupun hanya kamar-kamar yang berada di lantai atas saja. Kepindahan para penghuni kamar lantai bawah dikait-kaitkan juga dengan alasan yang berbau mistis. “Setelah kejadian itu sebenarnya tidak ada yang kesurupan kayak gossip yang beredar itu, tapi mereka berdua sempat pamit aja sama teman-teman”, tutur gadis cantik yang terlihat masih trauma tentang peristiwa itu ketika dikonfirmasi.
Perbincangan kami dan seorang gadis teman kos korban sempat terhenti sebentar ketika petugas rumah kos yang sedang memeriksa kamar-kamar di lantai bawah berbicara sambil sedikit berteriak kepada penghuni yang berada di lantai atas. “Kalau ada anak yang cari kos, tunjukin kamar disini ya!”, sambil menunjuk ke arah kamar salah seorang korban yang berada di lantai bawah. “Iya Pak, tapi dimurahinkan harganya?”, jawab para penghuni kos. “Yah gampanglah nanti diomongin sama ibu”, jawab petugas kos lagi.
Kemudian perbincangan kami lanjutkan mengenai pemberitaan koran yang memberitakan tentang kamar kos korban yang dipasangi police line. Gadis tersebut menjawab hal itu tidak benar dan hanya wartawan saja yang membesar-besarkan karena kecelakaan terjadi di Kota Batu, bukan di rumah kos.
Ketika diungkit mengenai orang tua para korban, menurut gadis itu, orang tua dua mahasiswi yang meninggal sering berkunjung ke rumah kos itu sebelum peristiwa kecelakaan itu terjadi. “Yang namanya juga orang tua Mbak, pasti seringlah jenguk anaknya, apalagi cuma di Pasuruan aja.” Setelah kejadianpun orang tua para korban diketahui sempat mendatangi rumah kos anaknya yang sudah meninggal itu untuk sekadar mengenang dan mengambil barang-barang anaknya.
Perasaan penasaran saya dan teman saya akhirnya terjawab sudah ketika mendengar pernyataan langsung dari salah seorang teman kos dua orang korban kecelakaan yang bersedia angkat bicara. Akhirnya, kami berpamitan dan melangkahkan kaki meninggalkan rumah kos itu dengan ringan tanpa dibebani rasa takut seperti saat kami baru memasuki rumah kos itu.


Writer: Farhanah
Photo: www.sripoku.com

1 komentar:

  1. sekarang banyak kecelakaan di jalan raya ya min khususnuya di bumi arema ini

    BalasHapus