Pekerja infotainment terlalu berambisi mencari informasi yang berkaitan dengan privasi diri Luna Maya hingga mengganggu seorang anak yang sedang digendongnya. Pada kasus ini, media tidak menghargai privasi dari Luna Maya hanya karena persaingan pemberitaan sensasional antar media. Wartawan media selalu bersikukuh pada argumen klasik setiap tokoh publik tidak memiliki hak privat sama sekali, terlebih lagi jika yang bersangkutan terlibat skandal memalukan. Pernyataan ini tentu saja tidak benar karena setiap individu mempunyai hak privasinya masing-masing. Sehingga jika ada yang mengganggu privasi seorang individu, maka individu tersebut mempunyai hak untuk menuntutnya ke meja hijau. Kalau di Amerika, setiap orang yang merasa hak privasinya dilanggar, maka memiliki hak untuk mengajukan gugatan yang dikenal dengan istilah Privacy Tort.
Cinta, cinta, dan cinta adalah jiwa dari kecerdasan (Wolfgang Amadeuz Mozart). Tiada arti kecerdasan tanpa adanya cinta. Percuma menjadi orang cerdas, tetapi "mati rasa". So, Guys & Girls... Let's be cleaver with love!!! (^__^)
Show Up
Rabu, 27 Oktober 2010
Dari Prita Mulyasari hingga Luna Maya # I
Secara umum, dalam berberapa kasus privasi juga tidak lepas dari topeng media dan etika penyiaran dari media itu sendiri. Media memposisikan diri dalam lingkungan audience dan tujuannya sangatlah tidak lepas dari komersialisasi media.
Agar mempermudah pemahaman tentang hak privasi individu dalam etika komunikasi, kasus yang terjadi pada Prita Mulyasari dan Luna Maya beberapa waktu lalu bisa dijadikan contoh konkrit dan gamblang. Pada dua kasus yang berbeda tersebut sebenarnya mempuyai gambaran yang sama dimana privasi menjadi permasalahan yang sangat rancu. Dua kasus itu menampakan betapa tidak dihargainya privasi yang dimiliki individu dan betapa media tidak mengerti tentang penghargaan terhadap privasi.
AWAS...!!! PRIVASI
Seperti di Amerika misalnya, privasi itu muncul pada abad 18 ketika media massa lebih banyak memuat opini daripada berita tentang seseorang. Dalam hal ini media membuat salah satu dosanya. Besarnya pengaruh dosa media massa ini, bisa mengaburkan batas ruang privasi dengan ruang konsumsi publik. Padahal menurut Louis Alvin Day, privasi adalah hak untuk dibiarkan dan hak untuk mengontrol publikasi yang tidak diinginkan tentang urusan personal seseorang. Day juga mengatakan bahwa invasi privasi oleh media meliputi spektrum yang luas, mulai dari reporter hingga pengiklan.
Minggu, 24 Oktober 2010
DI BALIK KOS DUA MAHASISWI KORBAN KECELAKAAN MAUT DI KOTA BATU
Rabu, 20 Oktober 2010
Fenomena Kecantikan Barbie
Berinvestasi Pada Tubuh Cantik
“Hand and body lotion ............. Kulit cantik dan putih seperti wanita Jepang!” atau “Saat ku tahu rambutku rontok, kutahu aku tak berinvestasi dengan benar.” Itulah salah satu penggalan kalimat persuasif salah satu iklan produk kecantikan kulit dan rambut untuk perempuan di televisi-televisi nasional. Pada iklan-iklan itu ditampilkan model cantik berkulit putih mulus, langsing, serta berambut lurus dan panjang. Banyak perempuan Indonesia yang kemudian menginginkan bahkan mendambakan kecantikan seperti model cantik itu dan akhirnya membeli produk-produk kecantikan yang ditawarkan iklan-iklan tersebut. Padahal, para model iklan itu memang sudah cantik dari “orok” alias memang pada dasarnya sudah cantik. Tanpa atribut-atribut kosmetik pun mereka akan tetap terlihat cantik bahkan saat bangun tidur dengan “iler” pun mungkin masih tetap terlihat cantik.
Langganan:
Postingan (Atom)